Alkisah peri yang cantik dan baik hati, memiliki sayap yang indah serta nyanyian peri yang merdu. Suatu hari peri kecil merasa sangat bahagia, ia terbang ke sana kemari. Ia sedang berada di suatu tempat yang baru, sebuah hutan kecil yang begitu indah, ia berharap akan menemukan kawan-kawan baru di tempat itu. Ia pun mulai tersenyum dan menyapa setiap makhluk yang dijumpainya. Dengan segala keramahannya ia berusaha untuk berbaur dengan lingkungan barunya itu. Akan tetapi, apakah yang terjadi? Ternyata makhluk-makhluk baru itu tak menyambutnya dengan hangat, mereka justru saling berbisik-bisik ketika bertemu dengan si peri kecil.
"Coba lihat dia tersenyum pada kita, dia pikir senyumnya itu manis?".
"Dan lihatlah sayapnya, warnanya biasa-biasa saja, tapi dia merasa cantik."
Awalnya sang peri kecil tak bersedih dengan perlakuan yang diterimanya, sebab ia yakin pada suatu hari nanti, kawan-kawan barunya itu akan menyayangi dirinya. Hari demi hari pun berganti, tetapi sikap dan yang perlakuan yang diterima peri kecil tiada juga berubah, bahkan segala hinaan dan ketidakramahan pun diterimanya hingga pada suatu hari makhluk-makhluk hutan itu sepakat untuk lebih menyakiti si peri kecil. Mereka memasang sebuah jebakan untuk peri kecil, kemudian dengan sebuah siasat, mereka memanggil peri kecil untuk datang ke tempat itu. Ketika peri kecil datang, tanpa disadarinya bahwa ia memasuki wilayah jebakan itu, sang peri pun terjatuh dan sayapnya patah. Peri kecil merasa sangat kesakitan dan ia berteriak meminta pertolongan, tetapi tak satupun yang datang menolongnya. Peri kecil merasa sangat sedih. Ia pun berdoa pada Sang Pencipta agar segera menyembuhkan sayapnya yang patah. Ia berdoa tiada henti dengan air mata berlinangan di pipinya bahkan membasahi sekujur tubuhnya. Dalam doanya itu, tiba-tiba muncullah Ibu Peri dan menyembuhkan sayap si peri kecil. Peri Kecil pun merasa sangat bahagia, ia pun mengucapkan terima kasih pada ibu peri.
"Terima kasih ibu peri, telah menyembuhkan sayapku yang patah."
"Kau pantas menerimanya peri kecil, kau adalah peri kecil berhati baik, tak pantas menerima semua pesakitan ini. Dan sekarang katakanlah padaku apa yang kau kehendaki padaku agar ku lakukan pada makhluk-makhluk hutan ini yang telah menyakitimu."
"Tidak ibu peri, aku tak ingin membalas perbuatan mereka. Aku sedah merasa bersyukur dengan kesembuhan sayapku ini."
"Hatimu sungguh baik wahai peri kecil, dan sekarang terbanglah, tinggalkan tempat ini, kau akan menemukan sebuah tempat yang lebih baik dimana semua penghuninya akan menyayangimu."
Peri kecil pun terbang meninggalkan tempat itu, menuju sebuah hutan kecil yang lebih indah dan damai. Dan ia pun menemukan sahabat-sahabat baru yang menyayanginya d tempat itu.
Dan apakah yang terjadi dengan hutan yang ditinggalkannya? Ternyata dengan tongkat saktinya, Ibu Peri telah mengutuk hutan itu menjadi sebuah hutan yang kering. Tak ada lagi rumput-rumput hijau dan bunga-bunga indah. Penghuninya pun hidup sangat menderita akibat kekeringan itu.
"Coba lihat dia tersenyum pada kita, dia pikir senyumnya itu manis?".
"Dan lihatlah sayapnya, warnanya biasa-biasa saja, tapi dia merasa cantik."
Awalnya sang peri kecil tak bersedih dengan perlakuan yang diterimanya, sebab ia yakin pada suatu hari nanti, kawan-kawan barunya itu akan menyayangi dirinya. Hari demi hari pun berganti, tetapi sikap dan yang perlakuan yang diterima peri kecil tiada juga berubah, bahkan segala hinaan dan ketidakramahan pun diterimanya hingga pada suatu hari makhluk-makhluk hutan itu sepakat untuk lebih menyakiti si peri kecil. Mereka memasang sebuah jebakan untuk peri kecil, kemudian dengan sebuah siasat, mereka memanggil peri kecil untuk datang ke tempat itu. Ketika peri kecil datang, tanpa disadarinya bahwa ia memasuki wilayah jebakan itu, sang peri pun terjatuh dan sayapnya patah. Peri kecil merasa sangat kesakitan dan ia berteriak meminta pertolongan, tetapi tak satupun yang datang menolongnya. Peri kecil merasa sangat sedih. Ia pun berdoa pada Sang Pencipta agar segera menyembuhkan sayapnya yang patah. Ia berdoa tiada henti dengan air mata berlinangan di pipinya bahkan membasahi sekujur tubuhnya. Dalam doanya itu, tiba-tiba muncullah Ibu Peri dan menyembuhkan sayap si peri kecil. Peri Kecil pun merasa sangat bahagia, ia pun mengucapkan terima kasih pada ibu peri.
"Terima kasih ibu peri, telah menyembuhkan sayapku yang patah."
"Kau pantas menerimanya peri kecil, kau adalah peri kecil berhati baik, tak pantas menerima semua pesakitan ini. Dan sekarang katakanlah padaku apa yang kau kehendaki padaku agar ku lakukan pada makhluk-makhluk hutan ini yang telah menyakitimu."
"Tidak ibu peri, aku tak ingin membalas perbuatan mereka. Aku sedah merasa bersyukur dengan kesembuhan sayapku ini."
"Hatimu sungguh baik wahai peri kecil, dan sekarang terbanglah, tinggalkan tempat ini, kau akan menemukan sebuah tempat yang lebih baik dimana semua penghuninya akan menyayangimu."
Peri kecil pun terbang meninggalkan tempat itu, menuju sebuah hutan kecil yang lebih indah dan damai. Dan ia pun menemukan sahabat-sahabat baru yang menyayanginya d tempat itu.
Dan apakah yang terjadi dengan hutan yang ditinggalkannya? Ternyata dengan tongkat saktinya, Ibu Peri telah mengutuk hutan itu menjadi sebuah hutan yang kering. Tak ada lagi rumput-rumput hijau dan bunga-bunga indah. Penghuninya pun hidup sangat menderita akibat kekeringan itu.